Penulis: Firnas
Tulisan telah terbit di: Dialektika Reveiw
Budiman merasa seperti dihujam benda besar tepat dihatinya hingga mematahkan semangatnya. Yang awalnya Ia bisa menyelesaikan pekerjaan service motor tidak membutuhkan waktu lama, namun saat itu semua terasa berbeda.
Sebut saja Budiman, adalah salah satu mekanik bengkel
sekaligus pemilik dari bisnis service kendaraan bermotor yang
berada di Kabupaten Muna Barat.
Tanggal 25 maret 2021, sekitar pukul 10.00 WITA. Lima orang
dengan wajah yang sepertinya tidak asing memarkir kendaraan motornya tepat
depan area bengkel. Setelah turun dari motor dan berkumpul, dari kejauhan
terlihat bibir mereka berkomat-kamit seperti menjapikan sesuatu. Budiman hanya
memerhatikan dari kejauhan, tak lama berselang perkumpulan mereka berhamburan
dan salah satu di antara mereka mengambil alat pengukur.
Satu orang berdiri tepat di depan bengkel sambil memegang
meteran dan satunya lagi menarik ujung alat ukur ke sisi lain. Dan satu di
antara lainnya mencatat apa pun yang perlu untuk diabadikan.
Rasa ingin tahu Budiman mendorongnya untuk menghampiri para
perangkat pemerintah Desa tempat Budiman berdomisili dan menjalankan usaha
bengkelnya tersebut. Maksud Budiman mendatangi mereka adalah untuk mengetahui
tujuan atas yang hendak mereka lakukan. Budiman menghentikan sejenak
pekerjaannya dan bergegas berdiri dan berjalan menuju ke arah mereka.
Budiman melempar sebuah pertanyaan kepada salah seorang
perangkat pemerintah Desa, “ukur-ukur ini untuk apa yah?”
Dan dijawabnya “akan digusur semua untuk dibangun lapak!”
singkat Budiman mengulang perkataan salah satu aparatur Desa.
Budiman terhentak dan tidak habis pikir dibuatnya. Alis matanya
tampak naik seketika, keningnya berkerut, kelopak matanya terbuka lebar. Saat
itu juga jantungnya berdegub kencang, perasaan panas sedikit demi sedikit
terasa membakar dada. Terlihat di wajahnya, ia mengencangkan otot-otot rahang
dan aktivitas pernafasannya sudah tidak seperti biasanya. Tangannya yang
awalnya terlihat tidak menggenggam apa-apa, seketika itu ia tampak sedang
mengepal cukup erat, seperti akan menghancurkan apapun yang ada dalam
genggamannya.
Tak ingin memperpanjang pembicaraan, Budiman segera berbegas dan
kembali pada rutinitasnya. Yaitu motor yang ia tinggalkan tadi.
Budiman menjalankan jasa service motornya
kurang lebih sudah 4 tahun lamanya. Ia mulai merintis bisnis jasa tersebut
sejak desa yang dia tinggali masih dipimpin oleh Kepala sebelumnya. Tanah yang
ia tempati adalah tanah milik desa. Ia memperoleh izin penggunaan tanah desa
dari Kepala Desa sebelumnya yang diterbitkan dalam bentuk surat izin penggunaan
tanah desa.
Para perangkat pemerintah desa itu telah menyelesaikan tugasnya.
Mereka segera menuju ke tunggangan pribadinya dan pergi tanpa berpamitan.
Tatapan Budiman terlihat sayup dan ekspresi wajah tak seceria saat ia menerima
pelanggan pertamanya. Meski begitu ia terus menggerakkan tangannya hingga
kendaraan bermotor tersebut rampung.
Dalam benak Budiman, apa pun tindakan pemerintah Desa yang
terkait dengan kepentingan hajat hidup warganya mesti diputuskan secara
bersama-sama melalui rapat. Dan Ia merasa belum sama sekali mendapat panggilan
atau undangan rapat untuk membahas pemanfaat lahan desa yang telah ia tempati
untuk keperluan bisnisnya. Seketika ia kembali meradang karena mengingat
peristiwa yang baru saja dialaminya.
Budiman termasuk pemuda yang memiliki hubungan baik dengan
beberapa kelompok masyarakat. Dan tak butuh waktu lama, kabar tentang tindakan
pemerintah desa tersebar ke beberapa kelompok masyarakat di desa tersebut.
Malam setelah peristiwa pengukuran itu, Budiman melakukan
provokasi melalui media sosial: Facebook dan mendapat like serta komentar yang
beragam. Beberapa diantaranya menyayangkan tidakan pemerintah desa dan
mendorong upaya-upaya demokratis, meski begitu tidak sedikit juga yang turut
membuat situasi bertambah keruh di ruang sosial media tersebut.
Keesokan harinya Kepala Urusan (Kaur) dan BPD Desa mendatangi
Budiman di kediamannya. Mereka menyambangi Budiman bermaksud untuk
mengklarifikasi perihal peristiwa pengukuran tersebut dan menyampaikan bahwa
akan dilaksanakan rapat membahas perihal penggunaan lahan desa.
Namun, sejak perisitiwa itu terjadi hingga tulisan ini dikirim
ke meja redaksi, upaya pertemuan untuk agenda rapat dengan mengundang
pihak-pihak yang terkait atas penggunaan lahan desa tak kunjung ada.
Comments
Post a Comment