Penulis: Firnas
Telah terbit di: Kalaliterasi.com
Marlina terbangun pada pertengahan malam tepatnya pukul 01.00
dini hari WIB. Matanya terbelalak, sesekali melihat ke kiri dan ke kanan seolah
mencari seseorang di sekitarnya. Marlina mengangkat tangan kanannya dan tampak
jarum suntik infus terpasang rapi, diliriknya ke arah atas terdapat wadah infus
terlihat cairannya sudah berkurang setengah.
Kesadarannya belum pulih sepenuhnya dan tarikan nafas yang masih
pendek, ia mencoba menyusun ingatannya. Meski samar, ingatnya satu hari yang
lalu ia sedang menikmati beberapa buah roti yang berisikan daging gurih yang
telah digoreng, daun selada, tomat dan keju serta lumuran saus tomat juga mayonnaise.
Makanan itu bernama burger yang ia beli di restoran makanan cepat saji tepat
tidak jauh dari rumahnya.
Kala itu, ia juga menikmati makanannya bersama segelas minuman
ukuran jumbo. Marlina menyantapnya di meja yang berada tepat di pojok ruangan
yang hanya terdapat dua buah kursi saja. Sambil sesekali memalingkan
pandangannya ke luar diding kaca, ia nampak begitu lahap dengan makanannya.
Restoran makanan cepat saji menyajikan menu makanan yang cukup
variatif. Seperti varian minuman yang terkadang dipaketkan dengan varian
makanan. Paket-paket makanan ini juga mendapat penamaan yang mungkin memiliki
nilai Fetis. Namun, dari semua varian paket makanan dan minuman yang terpampang
jelas di menu. Marlina sangat menyukai paket Big burger dengan
minuman dingin manis bersoda yang berwarna biru. Baginya, paket itu selain
dapat memuaskan dan menuntaskan rasa laparnya namun juga dahaga yang hilang
oleh manis bersoda.
Ingatannya pada hari itu mulai jelas dan saat itu juga Marlina
menarik dan membuang nafas seperti telah terjadi sesuatu yang berat. “hari itu,
bukankah adalah hari yang sangat berat untukmu dan membuatmu cukup stres”. “kau
telah melakukan kekeliruan yaitu salah mengestimasi laporan keuangan
perusahaanya”. “Belum lagi saat ini kau sedang menderita Obesitas sehingga
membuat kondisi fisikmu tampak menjadi semakin lemah”. “Lengkaplah hari itu,
stres di tempat kerja yang berkombinasi dengan obesitasmu”, ia berbicara pada
diri sendiri.
Ia menderita obesitas. Hal itu diketahuinya sudah hampir 5 tahun
yang lalu setelah ia melakukan kunjungan ke klinik dokter praktek di samping
kantor ia berkerja.
Marlina adalah perempuan yang memiliki kebiasaan bahwa dirinya
akan merasa lebih baik jika ia menenangkan dirinya dengan makanan. Khususnya
makanan yang sangat ia sukai. Kebiasaannya ini terbentuk sejak ia hijrah ke
kota hingga kini Marlina menginjak usia 35 tahun.
Waktu telah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Sembari ia
mengingat lagi apa yang terjadi dan berbicara pada diri sendiri. Ia tahu bahwa
ia belum pulih sepenuhnya begitu juga dengan kesadarannya, meski begitu ia
mengingat jelas sensasi cita rasa makanan yang masih melekat tepat di lidahnya
dan diakuinya bahwa itu adalah rasa yang membuatnya lupa akan segala hal.
Ia menyela dirinya dan berkata “perasaanmu itu bukanlah sesuatu
yang benar kau rasakan, bukankah semua orang juga mengalami hal yang sama?”.
Ia tersentak dan berpikir “benar juga, selama ini kan semua
perasaan itu selalu hadir silih berganti di layarkaca dan papan iklan!”. “tapi
tak apa lah, setidaknya menu paket makanan itu adalah kesukaan ku yang
benar-benar telah mematahkan perasaan lapar, haus tak tertahankan dan yang
paling penting beban yang aku alami hari itu terasa hilang tak berbekas”.
“Bukankah kau telah mengkonsumsi makanan yang sama dengan cukup
rutin dan tidak pernah absen setiap harinya?” cakapnya pada diri sendiri.
Tambahnya lagi, “kau memang tidak pernah meninggalkan makanan itu, meski kau
sedang dalam waktu luang untuk menikmati makanan lain”. “yah aku akui jika
mengkonsumsi makanan itu adalah kebiasaan yang telah lama ku lakukan. Sejak aku
memutuskan untuk hijrah dari kampung halaman dan bekerja di kota ini”.
Marlina menyadari sebuah perubahan drastis telah ia alami. Dari
gaya hidupnya yang sangat dekat dengan aktivitas fisik seperti berkebun ketika
ia masih tinggal di kampung halamannya. Yang kala itu ia lakukan untuk mengisi
masa tenggangnya selama 2 tahun setelah ia menyelesaikan perkuliahaan di
jurusan ekonomi. Hingga ketika lamaran pekerjaannya diterima oleh perusaan
tempatnya kini bekerja, ia kemudian memulai sebuah kebiasaan gaya hidup barunya
yaitu aktivitas sebagai seorang acounting dan duduk seharian
penuh dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore di ruangan persegi 4 dengan pendingin
ruangan yang terus menyala.
“Tidak ada lagi aktivtas fisik berat dan tidak ada lagi makanan
hijau-hijau/sayur-sayuran segar dan mungkin hal ini yang membuatku jatuh pada
kondisi obesitasku”, gumamnya dalam hati. Dan ia sedang tidak sadar sedang
menyemai bom waktu yang bernama obesitas.
Marlina juga menyadari bahwa selama menekuni pekerjaannya kini,
ia tidak lagi memiliki waktu luang untuk dirinya beraktivitas fisik seperti
berolahraga. Waktu libur ia gunakan hanya untuk beristirahat dan merapikan
rumah dan tentunya menghibur diri dari penatnya pekerjaan selama senin-jumat,
ungkap Marlina.
Chaney (lifestyle, 2011) melihat gaya hidup sebagai seperangkat
praktik dan sikap yang masuk akal atau rasional dalam konteks tertentu. Pada
defenisi lain gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu
orang dengan orang lain. melalui gaya hidup membantu memahami apa yang orang
lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah mereka lakukan bermakna bagi
dirinya sendiri maupun orang lain.
Dalam masyarakat dahulu hingga kini, hal yang tidak dapat
dipisahkan dari mereka adalah persoalan cara agar individu dapat mengeksistensi
diri. Untuk itu beberapa individu melakukannya dalam berbagai cara, ada yang
melakukannya melalui menciptakan sebuah gagasan teoritis terkait perkembangan
ilmu pengetahuan, menciptakan inovasi teknologi, menciptakan alat pemenuhan
kebutuhan manusia, dan gaya hidup.
Gaya hidup selalu dikaitkan dengan persoalan ciri khas
masyarakat pada zamannya. Baik berkaitan cara makan, minum, berbicara, tidur,
istirahat, berkomunikasi, berpakaian, makanan, minuman, dan sekumpulan pola
perilaku hidup masyarakat yang menjadi ciri khas. Demikian juga dengan
kesehatan.
Gaya hidup dan kesehatan memiliki relasi kuat. Meski, pada
diskusi gaya hidup, kesehatan masih belum mendapat posisi yang jelas. Apakah
kesehatan masih menjadi akibat dari gaya hidup atau gaya hidup itu sendiri?
***
Seperti kasus Marlina, terjadi perubahan pada gaya hidupnya.
Yang tadinya ia sama sekali jauh dari sentuhan rasa makanan fast food dan
gaya hidup sebagai pegawai kantoran, ketika ia masih berjibaku dengan kehidupan
di kampungnya. Dan semuanya berubah dalam sekejab.
Bagi Marlina, kesehatan masih belum dilihat sebagai hal yang
paling mendasar dari hidup atau perubahan cara pandang yang meletakan kesehatan
sebagai paradigma dalam menjalani hidupnya. Dan mungkin saja hal yang sama juga
masih berlaku sampai hari ini yaitu dimana secara umum masyarakat masih
memandang kesehatan sebagai akibat dari gaya hidup. Yang mana dunia industrilah
yang mendorong sebuah gaya hidup masyarakat dengan beberapa narasi sehat dan
kemudian mem-branding komoditas healthy food (produk
makanan sehat). Dan akhirnya restoran yang menawarkan konsep menu makanan sehat
pun tumbuh bak jamur.
Marlina sepertinya tidak ingin dibuat pusing dengan
makanan fast food yang jauh hari telah hadir sebagai sebuah
komoditas pasar. Marlina juga tidak begitu khawatir bahwa demi pelipatan waktu
dalam produksi atau penyajian maka beberapa aspek prioritas dalam makanan pun
terkadang diabaikan.
Dan ia juga memiliki kebiasaan buruk salah satunya ia tidak
memperhatikan beberapa aspek sebelum ia mengkonsumsi makanan khususnya makanan
kesukaanya. Seperti mempertimbangkan kandungan gizi, nutrisi, protein dan
lain-lain. Karena banyak aspek yang terkandung dalam makanan yang cenderung
merugikan seperti lemak, kolesterol tidak dapat terkontrol atau berlebihan
dalam makanan fast food.
Namun, Marlina cukup bebal meski hanya untuk memikirkan beberapa
hal diatas. Yang ditahunya bahwa makanan itu telah menyelamatkan dirinya dari
hari-hari yang berat. Dan secara tidak langsung Marlina telah menanam bom waktu
pada tubuhnya.
Tepat setelah ia menyelesaikan santapannya di restoran cepat
saji, ia berbegas pulang. Namun, sebelum ia hendak masuk ke dalam rumah, ia
jatuh tersungkur tepat di depan pintu gerbang rumahnya. Ingatan Marlina
berakhir disitu, setelah itu ia tidak lagi mengingat apa pun. Tahunya hanyalah,
ketika terbangun, ia sedang menganakan infus dan terbaring lemas, ungkapnya.
Sambil menyela diri sendiri ia berkata,“mungkin aku sedang di rumah sakit”.
***
Mohammadbeigi at all (2018) merilis sebuah artikel penelitiannya
tentang fast food consumtion and overweight/obesity prevalence in
students and its association with general and abdominal obesity. Bahwa
telah terjadi peningkatan kasus obesititas yang signifikan dari tingkat
konsumsi fast food yang terjadi pada pelajar. Ia melihat
terjadi perbedaan yang kontras selama penelitiaanya. Perbedaan ini mereka
temukan melalui pengukuran rasio lingkar pinggang dari remaja yang
mengonsumsi fast food dan mereka yang tidak mengonsumsi.
Tedapat peningakatn ukuran bagi remaja yang mengkonsumsi fast
food dibanding yang tidak. Ia melihat erat kaitannya dengan kandungan
yang terdapat dalam fast food. Dalam satu buah fast
food sangat rendah mincronutriens, rendah fiber,
tinggi energy density, tinggi glycemic dan tinggi
gula.
Dalam studinya ia juga menambahkan
kalau obesitas juga erat kaitannya dengan penyakit cardiovascular,
diabetes, hipertensi, hyperlipidemia dan hypercholesterolemia.
Mungkin akan lebih bijak jika tidak mengkonsumsi jenis makanan ini setiap hari
atau sebagai makanan utama. Mengingat jenis makanan fast food berkontribusi
untuk kasus-kasus obesitas. Dan ditambah lagi jika tidak diimbangi dengan
olahraga yang rutin.
Marlina sibuk dengan pikirannya sendiri dan sesekali ia melihat
jam di ruangannya yang telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sembari
berpikir “sepertinya aku baru saja mendapat pertolongan pertama dan mungkin
akibat gagal jantung” ungkapnya.
Ia bergumam dalam hati bahwa ia berjanji akan mengubah gaya
hidupnya setelah ia keluar dari tempat ini. “tempat ini mungkin menyenangkan
bagi mereka yang bermasalah dengan kesehatannya, tapi aku berjanji tidak akan
kembali lagi ke tempat ini” tuturnya pada diri sendiri.
Referensi
Mohammadbeigi,
2018. Fast food consumption and overweight/obesity prevalence in students and
its association with general and abdominal obesity. Published online 2018 Sep
28. doi: 10.15167/2421-4248/jpmh2018.59.3.830.
Chaney, D. (2011). Life Style: Sebuah Pengantar
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra
Comments
Post a Comment